DEFINISI
Herpes genitalis adalah infeksi virus herpes simpleks pada atau disekitar
vagina, vulva ( Bibir vagina ) dan anus. Herpes dapat menyebabkan luka pada
daerah mulut, dan hidung, pada daerah kemaluan, daerah anus atau pada mata,
jari dsan tangan. ( Ani. 2010 : 50 )
Infeksi herpes simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan
kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri.
Ciri-ciri Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau
sekumpulan, yang berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan.
Bintil-bintil ini biasanya muncul di daerah muco-cutaneous, atau daerah dimana
kulit bertemu dengan lapisan membrane mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di
pertemuan bibir dengan kulit wajah. Para penderita herpes simplex biasanya
merasakan adanya perasaan geli di daerah tersebut sebelum munculnya
bintil-bintil
tadi.
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear inclusion body eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran inti.
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear inclusion body eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran inti.
Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi
yaitu :
Ø HSV-Tipe I (Herpes
Simplex Virus Type I)
Ø HSV-Tipe II (Herpes
Simplex Virus Type II)
HSV-Tipe I biasanya menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes), sedangkan
HSV-Tipe II biasanya menginfeksi daerah genital dan sekitar anus (Genital
Herpes). HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri
pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital
ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebakan gelembung berisi cairan yang
terasa nyeri pada membran mukosa alat kelamin. Infeksi pada vagina terlihat
seperti bercak dengan luka. Pada pasien timbul erupsi bintik kemerahan disertai
rasa panas dan gatal pada kulit regio genitalis. Kadang-kadang disertai demam
seperti influenza dan setelah 2-3 hari, bintik kemerahan tersebut berubah
menjadi vesikel disertai rasa nyeri. 5 atau 7 hari kemudian, vesikel pecah dan
keluar cairan jernih dan pada lokasi vesikel yang pecah, timbul keropeng. (
Abdul Bari. 2009 : 228
2.1.1 HSV-1
Ø Gingivostomatitis
Herpetik Akut
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas lesi-lesi vesikuloulseratif yang luas dari selaput lendir mulut, demam, lekas merah dan limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek (sekitar 3-5 hari) dan lesi-lesi menyembuh dalam 2-3 minggu.
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas lesi-lesi vesikuloulseratif yang luas dari selaput lendir mulut, demam, lekas merah dan limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek (sekitar 3-5 hari) dan lesi-lesi menyembuh dalam 2-3 minggu.
Ø Keratojungtivitis
Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat mengakibatkan kebutaan.
Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat mengakibatkan kebutaan.
Ø Herpes Labialis
Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan mukokutan
bibir. Vesikel pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan menyembuh tanpa
jaringan parut. Lesi-lesi dapat kambuh kembali secara berulang pada berbagai
interval waktu.
2.1.2 HSV-2
Ø Herpes Genetalis
Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada penis pria atau serviks, vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa sangat nyeri dan diikuti dengan demam, malaise, disuria, dan limfadenopati inguinal. Infeksi herpes genetalis dapat mengalami kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan bersifat asimtomatik. Bersifat simtomatik ataupun asimtomatik, virus yang dikeluarkan dapat menularkan infeksi pada pasangan seksual seseorang yang telah terinfeksi. Herpes neonatal merupakan infeksi HSV-2 pada bayi yang baru lahir. Virus HSV-2 ini ditularkan ke bayi baru lahir pada waktu kelahiran melalui kontak dengan lesi-lesi herpetik pada jalan lahir. Untuk menghindari infeksi, dilakukan persalinan melalui bedah caesar terhadap wanita hamil dengan lesi-lesi herpes genetalis. Infeksi herpesneonatal hampir selalu simtomatik. Dari kasus yang tidak diobati, angka kematian seluruhnya sebesar 50%.
Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada penis pria atau serviks, vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa sangat nyeri dan diikuti dengan demam, malaise, disuria, dan limfadenopati inguinal. Infeksi herpes genetalis dapat mengalami kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan bersifat asimtomatik. Bersifat simtomatik ataupun asimtomatik, virus yang dikeluarkan dapat menularkan infeksi pada pasangan seksual seseorang yang telah terinfeksi. Herpes neonatal merupakan infeksi HSV-2 pada bayi yang baru lahir. Virus HSV-2 ini ditularkan ke bayi baru lahir pada waktu kelahiran melalui kontak dengan lesi-lesi herpetik pada jalan lahir. Untuk menghindari infeksi, dilakukan persalinan melalui bedah caesar terhadap wanita hamil dengan lesi-lesi herpes genetalis. Infeksi herpesneonatal hampir selalu simtomatik. Dari kasus yang tidak diobati, angka kematian seluruhnya sebesar 50%.
Seseorang yang sudah terinfeksi virus herpes simplex biasanya akan mudah
terinfeksi lagi. Herpes kambuhan biasanya terjadi di area yang sama. Sampai
saat ini faktor yang mneyebabkan kambuhnya masih belum jelas. Kelelahan yang
berkepanjangan, stress emosional, kurang istirahat, menstruasi, pembedahan dan
tertular lagi, merupakan faktor yang menjadi pencetus kambuhnya penyakit ini.
Menurut penelitian, di Amerika, herpes kambuhan ini bisa terjadi seminggu, dua
minggu atau bahkan bertahun-tahun setelah herpes pertama. Oleh karena itu, diet
yang baik, cukup istirahat, dan waspada media penularan, merupakan cara ampuh
untuk mencegahnya, minimal memperpendek waktu kambuhnya. Hal ini penting
dilakukan karena penyakit ini sampai sekarang belum dapat disembuhkan secara
total.
2.2 CARA
PENULARAN
HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan
oleh seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan
mukosa atau kulit yang terluka ( kulit yang tidak terluka bersifat resisten ).
HSV-1 ditransmisikan melalui sekresi oral,virus menyebar melalui droplet
pernapasan atau mengenai kontak langsung dengan air liur yang terinfeksi. Ini
sering terjadi selama berciuman atau dengan memakan atau meminum dari perkakas
yang terkontaminasi. HSV-1 dapat menyebabkan herpes genitalis melalui tranmisi
selama seks oral atau genital. Karena virus di tramisikan melalui sekresi dari
oral atau mukosa ( kulit ) genital, biasanya tempat infeksi pada laki-laki
termasuk batang dan kepala penis, scrotum, paha bagian dalam, anus. Labia,
vagina, servik, anus, paha bagian dalam adalah tempat yang biasa pada wanita.
Mulut juga dapat menjadi tempat infeksi untuk keduanya. Penyebaran herpes
genitalis atau herpes simpleks II dapat melalui kontak langsung antara
seseorang yang tidak memiliki antigen terhadap HSV-2 dengan seseorang yang
terinfeksi HSV-2. Kontak dapat melalui membran mukosa atau kontak langsung
kulit2wq33333qqa dengan lesi. Tranmisi juga dapat terjadi dari seorang pasangan
yang tidak memiliki luka yang tampak. Kontak tidak langsung dapat melalui
alat-alat yang dipakai penderita karena HSV-2 memiliki envelope sehingga dapat
bertahan hidup sekitar 30 menit diluar sel.
Herpes juga dapat ditularkan orang perorang dengan cara kontak kulit ke kulit ( Dengan lesi ), hubungan seksual dan dari ibu ke bayi saat melahirkan. ( Ani. 2010 : 51 )
Herpes juga dapat ditularkan orang perorang dengan cara kontak kulit ke kulit ( Dengan lesi ), hubungan seksual dan dari ibu ke bayi saat melahirkan. ( Ani. 2010 : 51 )
2.3 MANIFESTASI
KLINIS
Gejala herpes simpleks dapat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Biasanya berupa luka yang terasa nyeri atau benjolan berisi cairan disekitar kemaluan, vagina, vulva, atau anus. Bisa juga terasa nyeri saat pipis, Serta gejala infeksi virus lainya seperti demam, rasa tidak enak badan serta sangat lelah. Luka herpes genital bisa muncul disekitar vagina, vulva, atau anus. Begitu terinfeksi virus ini akan menetap ditubuh dan bisa aktif berkali-kali. Gejala awalnya bisa berupa rasa gatal pada daerah yang terkena. ( Ani. 2010 : 51 )
Gejala herpes simpleks dapat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Biasanya berupa luka yang terasa nyeri atau benjolan berisi cairan disekitar kemaluan, vagina, vulva, atau anus. Bisa juga terasa nyeri saat pipis, Serta gejala infeksi virus lainya seperti demam, rasa tidak enak badan serta sangat lelah. Luka herpes genital bisa muncul disekitar vagina, vulva, atau anus. Begitu terinfeksi virus ini akan menetap ditubuh dan bisa aktif berkali-kali. Gejala awalnya bisa berupa rasa gatal pada daerah yang terkena. ( Ani. 2010 : 51 )
2.3.1
Infeksi primer
Infeksi pertama berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan
sering disertai gejala lain seperti demam, lemas, nyeri di sekitar mulut, tidak
mau makan dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala
utamanya berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan merah,
berisi cairan jernih dan kemudian menjadi keruh, terkadang gatal dan dapat
menjadi krusta. Krusta ini kemudian akan lepas dari kulit dan memperlihatkan
kulit yang berwarna merah jambu yang akan sembuh tanpa bekas luka. Vesikel ini
dapat timbul di tubuh bagian mana saja, namun paling sering timbul di daerah
sekitar mulut, hidung, daerah genital dan bokong.
Hal ini biasanya disertai gejala ( simtomatik ) meskipun dapat pula tanpa
gejala ( asimtomatik ). Keadaan tanpa gejala kemungkinan karena adanya imunitas
tertentu dari antibodi yang bereaksi silang dan diperoleh setelah menderita
infeksi tipe 1 saat anak-anak. Masa inkubasi yang khas selama 3 – 6 hari ( masa
inkubasi terpendek yang pernah ditemukan 48 jam ) yang diikuti dengan erupsi
papuler dengan rasa gatal, atau pegal-pegal yang kemudian menjadi nyeri dan
pembentukan vesikel dengan lesi vulva dan perineum yang multipel dan dapat
menyatu. Adenopati inguinalis yang bisa menjadi sangat parah. Gejala sistemik mirip
influenza yang bersifat sepintas sering ditemukan dan mungkin disebabkan oleh
viremia. Vesikel yang terbentuk pada perineum dan vulva mudah terkena trauma
dan dapat terjadi ulserasi serta terjangkit infeksi sekunder. Lesi pada vulva
cenderung menimbulkan nyeri yang hebat dan dapat mengakibatkan disabilitas yang
berat. Retensi urin dapat terjadi karena rasa nyeri yang ditimbulkan ketika
buang air kecil atau terkenanya nervus sakralis. Dalam waktu 2 – 4 minggu,
semua keluhan dan gejala infeksi akan menghilang tetapi dapat kambuh lagi
karena terjadinya reaktivasi virus dari ganglion saraf. Kelainan pada serviks
sering ditemukan pada infeksi primer dan dapat memperlihatkan inflamasi serta
ulserasi atau tidak menimbulkan gejala klinis.
2.3.2 Fase Laten
Pada fase ini tidak ditemukan gejala klinis, tetapi HSV dapat ditemukan dalam
keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis. Karena virus tersebut sebenarnya
masih terdapat di dalam tubuh penderita dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglion(
Badan sel saraf ), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi.
Penularan dapat terjadi pada fase ini, akibat pelepasan virus terus berlangsung
meskipun dalam jumlah sedikit.
2.3.3 Infeksi Rekuren
Setelah infeksi mukokutaneus yang primer, partikel-partikel virus akan
menyerang sejumlah ganglion saraf yang berhubungan dan menimbulkan infeksi
laten yang berlangsung lama. Infeksi laten dimana partikel - partikel virus
terdapat dalam ganglion saraf secara berkala akan terputus oleh reaktivasi
virus yang disebut infeksi rekuren yang mengakibatkan infeksi yang asimtomatik
secara klinis (Pelepasan virus) dengan atau tanpa lesi yang
simtomatik. Lesi ini umumnya tidak banyak, tidak begitu nyeri serta melepaskan
virus untuk periode waktu yang lebih singkat (2 – 5 hari) dibandingkan dengan
yang terjadi pada infeksi primer, dan secara khas akan timbul lagi pada lokasi
yang sama. Walaupun sering terlihat pada infeksi primer, infeksi serviks tidak
begitu sering terjadi pada infeksi yang rekuren.
Infeksi rekuren ( Berulang ) dapat terjadi bila virus herpes simpleks pada
ganglion yang dalam keadaan tidak aktif dengan sebuah mekanisme menjadi aktif
dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala. Mekanisme itu dapat berupa
demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, gangguan emosional, menstruasi
dan sebagainya. Gejala yang timbul lebih ringan daripada infeksi pertama dan
berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Selain itu terkadang timbul rasa panas,
gatal dan nyeri sebelum vesikel timbul. Bila pada kehamilan timbul herpes
genitalis, perlu mendapat perhatian yang serius, karena virus dapat sampai ke
sirkulasi darah janin melalui plasenta ( Ari-ari ) serta dapat menimbulkan
kerusakan atau kematian pada janin. Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa
ensefalitis ( Radang selaput otak ), keratokonjungtivitis ( Radang di mata )
atau hepatitis ( Radang di hati).
2.4 PENGARUH TERHADAP KEHAMILAN
Herpes genitalis pada mulut rahim yang acap kali tanpa gejala klinis bukanlah
ancaman ringan, apalagi bagi wanita hamil. HSV-2 bisa mempengaruhi kondisi
kehamilan maupun janin atau bayinya. Bila penularan (transmisi) terjadi pada
trisemester I kehamilan, hal itu cenderung mengakibatkan abortus. Sedangkan
pada trisemester II bisa terjadi kelahiran prematur.
Kelainan akibat herpes pada bayi sangat beragam, mulai dari lesi hingga di
antaranya ensefalitis (radang selaput otak), mikrosefali (kepala kecil), atau
hidrosefali (busung kepala). Infeksi terhadap bayi baru lahir bisa berakibat
fatal. Terbukti dengan tercatatnya angka mortalitas sebesar 60%, sementara
setengah dari yang hidup akan menderita cacat saraf atau kelainan pada mata. Risiko tinggi penularan
HSV ini terutama terjadi pada wanita hamil dengan infeksi primer, yaitu ibu
yang belum memiliki antibodi terhadap HSV namun pasangannya seropositif atau
dilakukannya prosedur invasif saat intrapartum (saat proses kelahiran) terhadap
bayi dari ibu dengan riwayat herpes genitalis atau seropositif HSV.
Penularan pada bayi sebagian besar (90%) terjadi saat proses kelahiran, 5% pada
janin melalui plasenta atau langsung mengenai fetus (janin). Selebihnya, 5%,
infeksi HSV diperoleh sehabis masa persalinan.
Kontak lama dengan cairan terinfeksi dapat meningkatkan risiko bayi tertular.
Maka, pada wanita hamil yang menderita herpes genitalis primer, dalam enam
minggu terakhir masa kehamilannya dianjurkan untuk menjalani bedah caesar
sebelum atau dalam empat jam sesudah pecah ketuban. Kecuali itu, tindakan
bedah caesar akan dilakukan pada wanita dengan perkembangan virus pada saat
atau hampir melahirkan. Kendati begitu, bedah caesar memang tidak selalu
dilakukan pada wanita pengidap herpes genitalis kambuhan.
Untuk menjamin kepastiannya, perlu dilakukan pemeriksaan virus dan darah mulai
usia kehamilan 32 - 36 minggu. Selanjutnya, setidaknya tiap minggu dilakukan
kultur sekret serviks dan genital eksternal. Bila kultur virus yang diinkubasi
minimal empat hari memberikan hasil negatif dua kali berturut-turut, serta
tidak muncul lesi genital saat melahirkan, persalinan normal bisa dilakukan.
Pada infeksi primer, wanita hamil masih dipertimbangkan untuk mendapatkan obat
tertentu, mengenai penatalaksanaan herpes genitalis pada wanita hamil dengan
mempertimbangkan apakah infeksi itu primer atau kambuhan serta usia
kehamilannya.
Tindakan terhadap bayi dari ibu penderita herpes genitalis beragam di antaranya ada rumah sakit yang menganjurkan isolasi. Selanjutnya, pada bayi dilakukan pemeriksaan kultur virus, fungsi hati, dan cairan serebrospinalis (otak), selain pengawasan ketat selama bulan pertama kehidupannya. Spesimen untuk kultur virus diambil dari mata, mulut, dan lesi kulit.
Tindakan terhadap bayi dari ibu penderita herpes genitalis beragam di antaranya ada rumah sakit yang menganjurkan isolasi. Selanjutnya, pada bayi dilakukan pemeriksaan kultur virus, fungsi hati, dan cairan serebrospinalis (otak), selain pengawasan ketat selama bulan pertama kehidupannya. Spesimen untuk kultur virus diambil dari mata, mulut, dan lesi kulit.
Infeksi herpes simpleks pada bayi yang baru lahir memang sangat mengkhawatirkan
dan memberikan prediksi akibat yang buruk bila tidak segera diobati. Untungnya,
pengobatan selama ini mampu menurunkan angka kematian, demikian juga mencegah
progresivitas penyakit berupa infeksi herpes pada susunan saraf pusat atau
infeksi diseminata ( penyebaran ke bagian tubuh lain ).
Bayi yang tertular herpes saat dilahirkan disebut herpes neonatal. Herpes
neonatal dapat menginfeksi kulit bayi, mata atau mulut dan bisa merusa otak
serta organ lain. Bayi bisa sangat sakit bahkan meninggal. Pengobatan yang
diberikan kepada bayi bisa mencegah serta mengurangi yang akan ditimbulkan pada
bayi. Kekebalan yang dimiliki ibu biasanya juga melindungi bayi dan
bertahan sampai usia bayi tiga bulan setelah kelahiran. Jika wanita terkena
infeksi sebelum hamil dan tidak kambuh selama hamil dan persalinan, maka tidak
akan menularkan kebayi. Jika ternyata kambuh selama persalinan, resiko bayi tertular
juga rendah. Jika terkena infeksi diakhir usia kehamilan, maka tubuh belum
sempat menghasilkan imunitas serta menstransfer ke bayi, sehingga bayi
berisiko tertilar saat dilahirkan pervagina. ( Ani. 2010 : 52 ).
2.5 PENGOBATAN
2.5.1 Medika Mentosa
Beberapa obat antivirus telah terbukti efektif melawan infeksi HSV. Semua obat
tersebut menghambat sintesis DNA virus. Oba-obat ini dapat menghambat
perkembangbiakan herpesvirus. Walaupun demikian, HSV tetap bersifat laten di
ganglia sensorik, dan angka kekambuhannya tidak jauh berbeda pada orang yang
diobati dengan yang tidak diobati.
Pada
episode pertama berikan :
Ø Asiclovyr
200mg per oral 5 x sehari selama 7 hari, atau
Ø Asiclovyr
5mg/kgBB, Intravena tiap 8 jam selama 7 hari (Bila gejala sistemik berat)
Ø Preparat
isoprinosin sebagai imunomodulator
Ø Asiclovyr
parenteral atau preparat adenine arabinosid (vitarabin) untuk penyakit yang lebih berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam.
Pada episode rekurensi , umumnya tidak perlu diobati karena bisa membaik, namun
bila perlu dapat diobati dengan krim Asiclovyr. Bila pasien dengan gejala berat
dan lama, berikan asiclovyr 200mg per oral 5 x sehari, selama 5 hari. Jika
timbul ulserasi dapat dilakukan kompres.
Untuk sebagian besar penderita, satu-satunya pengobatan herpes labialis adalah
menjaga kebersihan daerah yang terinfeksi dengan mencucinya dengan sabun dan
air. Lalu daerah tersebut dikeringkan karena jika dibiarkan lembab maka akan memperburuk
peradangan, memperlambat penyembuhan dan mempermudah terjadinya infeksi
bakteri.
Untuk mencegah atau mengobati suatu infeksi bakteri, bisa diberikan salep antibiotik (misalnya neomisin-basitrasin). Jika infeksi bakteri semakin hebat atau menyebabkan gejala tambahan, bisa diberikan antibiotik peroral atau suntikan.
Untuk mencegah atau mengobati suatu infeksi bakteri, bisa diberikan salep antibiotik (misalnya neomisin-basitrasin). Jika infeksi bakteri semakin hebat atau menyebabkan gejala tambahan, bisa diberikan antibiotik peroral atau suntikan.
Krim anti-virus (misalnya idoksuridin, trifluridin dan asiklovir) kadang
dioleskan langsung pada lepuhan. Asiklovir atau vidarabin per-oral bisa
digunakan untuk infeksi herpes yang berat dan meluas. Kadang asiklovir perlu
dikonsumsi setiap hari untuk menekan timbulnya kembali erupsi kulit, terutama
jika mengenai daerah kelamin. Untuk keratitis herpes simpleks atau herpes
genitalis diperlukan pengobatan khusus.
2.5.2 Nonmedikamentosa
Memberikan pendidikan pada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut :
Ø Bahaya PMS dan
komplikasinya
Ø Pentingnya mematuhi
pengobatan yang diberikan
Ø Cara penularan PMS
dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
Ø Hindari hubungan
seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindarkan lagi
Ø Cara-cara
menghindari infeksi PMS dimasa datang ( Arif. 2000 : 151 )
Jika pertama kali terkena herpes saat hamil maka akan diberikan pengobatan
antivirus selama 5 hari. Guna obat ini adalah memendekkan masa infeksi serta
mengurangi beratnya gejala yang timbul. Jika infeksi terjadi diakhir kehamilan,
maka diberikan antivirus selama 4 minggu terakhir kehamilan. Hal ini bertujuan
agar herpes tidak kambuh menjelang kelahiran bayi. Antivirus juga akan
diberikan jika terjadi kekambuhan terutama pada TM III. Tidak terdapat bukti
adanya resiko terhadap bayi dalam kandungan jika mengonsumsi antivirus selama
kehamilan serta umumnya tidak merasakan efek samping obat (Ibunya).
Bagaimana cara kelahiran yang aman, jika terkena infeksi pertama dalam 6 bulan
pertama kehamilan maka bayi bisa dilahirkan pervagina. Jika terkena infeksi
pertama kali dalam 6 minggu terakhir kehamilan maka akan dilakukan bedah cesar
berencana untuk melahirkan bayi. Jika infeksi muncul saat persalinan maka
dilakukan bedah cesar untuk melahirkan bayi. Jika terkena infeksi sebelum hamil
dan kambuh saat persalinan maka bayi bisa dilahirkan pervagina. Tindakan
operasi bertujuan mengurangi resiko menularkan kebayi. (Ani. 2010 : 53)