Friday, October 24, 2014

Herpes Simpleks Genitalis Pada Ibu Hamil

DEFINISI

Herpes genitalis adalah infeksi virus herpes simpleks pada atau disekitar vagina, vulva ( Bibir vagina ) dan anus. Herpes dapat menyebabkan luka pada daerah mulut, dan hidung, pada daerah kemaluan, daerah anus atau pada mata, jari dsan tangan. ( Ani. 2010 : 50 )
Infeksi herpes simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri. Ciri-ciri Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Bintil-bintil ini biasanya muncul di daerah muco-cutaneous, atau daerah dimana kulit bertemu dengan lapisan membrane mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di pertemuan bibir dengan kulit wajah. Para penderita herpes simplex biasanya merasakan adanya perasaan geli di daerah tersebut sebelum munculnya bintil-bintil tadi. 
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear inclusion body eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran inti.

 Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi yaitu :

Ø  HSV-Tipe I (Herpes Simplex Virus Type I)
Ø  HSV-Tipe II (Herpes Simplex Virus Type II)

HSV-Tipe I biasanya menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes), sedangkan HSV-Tipe II biasanya menginfeksi daerah genital dan sekitar anus (Genital Herpes). HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebakan gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada membran mukosa alat kelamin. Infeksi pada vagina terlihat seperti bercak dengan luka. Pada pasien timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit regio genitalis. Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah 2-3 hari, bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri. 5 atau 7 hari kemudian, vesikel pecah dan keluar cairan jernih dan pada lokasi vesikel yang pecah, timbul keropeng. ( Abdul Bari. 2009 : 228
2.1.1    HSV-1
  Ø Gingivostomatitis Herpetik Akut 
  Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas lesi-lesi vesikuloulseratif yang luas dari selaput lendir mulut, demam, lekas merah dan limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek (sekitar 3-5 hari) dan lesi-lesi menyembuh dalam 2-3 minggu.
  Ø Keratojungtivitis 
      Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat mengakibatkan kebutaan.
  Ø Herpes Labialis
Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan mukokutan bibir. Vesikel pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan menyembuh tanpa jaringan parut. Lesi-lesi dapat kambuh kembali secara berulang pada berbagai interval waktu.
2.1.2    HSV-2
  Ø Herpes Genetalis
     Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada penis pria atau serviks, vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa sangat nyeri dan diikuti dengan demam, malaise, disuria, dan limfadenopati inguinal. Infeksi herpes genetalis dapat mengalami kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan bersifat asimtomatik. Bersifat simtomatik ataupun asimtomatik, virus yang dikeluarkan dapat menularkan infeksi pada pasangan seksual seseorang yang telah terinfeksi.                           Herpes neonatal merupakan infeksi HSV-2 pada bayi yang baru lahir. Virus HSV-2 ini ditularkan ke bayi baru lahir pada waktu kelahiran melalui kontak dengan lesi-lesi herpetik pada jalan lahir. Untuk menghindari infeksi, dilakukan persalinan melalui bedah caesar terhadap wanita hamil dengan lesi-lesi herpes genetalis. Infeksi herpesneonatal hampir selalu simtomatik. Dari kasus yang tidak diobati, angka kematian seluruhnya sebesar 50%.  
Seseorang yang sudah terinfeksi virus herpes simplex biasanya akan mudah terinfeksi lagi. Herpes kambuhan biasanya terjadi di area yang sama. Sampai saat ini faktor yang mneyebabkan kambuhnya masih belum jelas. Kelelahan yang berkepanjangan, stress emosional, kurang istirahat, menstruasi, pembedahan dan tertular lagi, merupakan faktor yang menjadi pencetus kambuhnya penyakit ini.
Menurut penelitian, di Amerika, herpes kambuhan ini bisa terjadi seminggu, dua minggu atau bahkan bertahun-tahun setelah herpes pertama. Oleh karena itu, diet yang baik, cukup istirahat, dan waspada media penularan, merupakan cara ampuh untuk mencegahnya, minimal memperpendek waktu kambuhnya. Hal ini penting dilakukan karena penyakit ini sampai sekarang belum dapat disembuhkan secara total. 

2.2 CARA PENULARAN
HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan oleh seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa atau kulit yang terluka ( kulit yang tidak terluka bersifat resisten ). HSV-1 ditransmisikan melalui sekresi oral,virus menyebar melalui droplet pernapasan atau mengenai kontak langsung dengan air liur yang terinfeksi. Ini sering terjadi selama berciuman atau dengan memakan atau meminum dari perkakas yang terkontaminasi. HSV-1 dapat menyebabkan herpes genitalis melalui tranmisi selama seks oral atau genital. Karena virus di tramisikan melalui sekresi dari oral atau mukosa ( kulit ) genital, biasanya tempat infeksi pada laki-laki termasuk batang dan kepala penis, scrotum, paha bagian dalam, anus. Labia, vagina, servik, anus, paha bagian dalam adalah tempat yang biasa pada wanita.
Mulut juga dapat menjadi tempat infeksi untuk keduanya. Penyebaran herpes genitalis atau herpes simpleks II dapat melalui kontak langsung antara seseorang yang tidak memiliki antigen terhadap HSV-2 dengan seseorang yang terinfeksi HSV-2. Kontak dapat melalui membran mukosa atau kontak langsung kulit2wq33333qqa dengan lesi. Tranmisi juga dapat terjadi dari seorang pasangan yang tidak memiliki luka yang tampak. Kontak tidak langsung dapat melalui alat-alat yang dipakai penderita karena HSV-2 memiliki envelope sehingga dapat bertahan hidup sekitar 30 menit diluar sel.
Herpes  juga dapat  ditularkan orang   perorang dengan cara kontak   kulit  ke kulit ( Dengan lesi ), hubungan seksual dan dari ibu ke bayi saat melahirkan. ( Ani. 2010 : 51 )
2.3 MANIFESTASI KLINIS
Gejala herpes simpleks dapat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Biasanya berupa luka yang terasa nyeri atau benjolan berisi cairan disekitar kemaluan, vagina, vulva, atau anus. Bisa juga terasa nyeri saat pipis, Serta gejala infeksi virus lainya seperti demam, rasa tidak enak badan serta sangat lelah. Luka herpes genital bisa muncul disekitar vagina, vulva, atau anus. Begitu terinfeksi virus ini akan menetap ditubuh dan bisa aktif berkali-kali. Gejala awalnya bisa berupa rasa gatal pada daerah yang terkena. ( Ani. 2010 : 51 )
2.3.1      Infeksi primer
 Infeksi pertama berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala lain seperti demam, lemas, nyeri di sekitar mulut, tidak mau makan dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala utamanya berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan merah, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi keruh, terkadang gatal dan dapat menjadi krusta. Krusta ini kemudian akan lepas dari kulit dan memperlihatkan kulit yang berwarna merah jambu yang akan sembuh tanpa bekas luka. Vesikel ini dapat timbul di tubuh bagian mana saja, namun paling sering timbul di daerah sekitar mulut, hidung, daerah genital dan bokong. 
Hal ini biasanya disertai gejala ( simtomatik ) meskipun dapat pula tanpa gejala ( asimtomatik ). Keadaan tanpa gejala kemungkinan karena adanya imunitas tertentu dari antibodi yang bereaksi silang dan diperoleh setelah menderita infeksi tipe 1 saat anak-anak. Masa inkubasi yang khas selama 3 – 6 hari ( masa inkubasi terpendek yang pernah ditemukan 48 jam ) yang diikuti dengan erupsi papuler dengan rasa gatal, atau pegal-pegal yang kemudian menjadi nyeri dan pembentukan vesikel dengan lesi vulva dan perineum yang multipel dan dapat menyatu. Adenopati inguinalis yang bisa menjadi sangat parah. Gejala sistemik mirip influenza yang bersifat sepintas sering ditemukan dan mungkin disebabkan oleh viremia. Vesikel yang terbentuk pada perineum dan vulva mudah terkena trauma dan dapat terjadi ulserasi serta terjangkit infeksi sekunder. Lesi pada vulva cenderung menimbulkan nyeri yang hebat dan dapat mengakibatkan disabilitas yang berat. Retensi urin dapat terjadi karena rasa nyeri yang ditimbulkan ketika buang air kecil atau terkenanya nervus sakralis. Dalam waktu 2 – 4 minggu, semua keluhan dan gejala infeksi akan menghilang tetapi dapat kambuh lagi karena terjadinya reaktivasi virus dari ganglion saraf. Kelainan pada serviks sering ditemukan pada infeksi primer dan dapat memperlihatkan inflamasi serta ulserasi atau tidak menimbulkan gejala klinis.
2.3.2 Fase Laten
Pada fase ini tidak ditemukan gejala klinis, tetapi HSV dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis. Karena virus tersebut sebenarnya masih terdapat di dalam tubuh penderita dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglion( Badan sel saraf ), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi. Penularan dapat terjadi pada fase ini, akibat pelepasan virus terus berlangsung meskipun dalam jumlah sedikit.
2.3.3 Infeksi Rekuren
Setelah infeksi mukokutaneus yang primer, partikel-partikel virus akan menyerang sejumlah ganglion saraf yang berhubungan dan menimbulkan infeksi laten yang berlangsung lama. Infeksi laten dimana partikel - partikel virus terdapat dalam ganglion saraf secara berkala akan terputus oleh reaktivasi virus yang disebut infeksi rekuren yang mengakibatkan infeksi yang asimtomatik secara klinis (Pelepasan virus) dengan atau tanpa lesi yang simtomatik. Lesi ini umumnya tidak banyak, tidak begitu nyeri serta melepaskan virus untuk periode waktu yang lebih singkat (2 – 5 hari) dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi primer, dan secara khas akan timbul lagi pada lokasi yang sama. Walaupun sering terlihat pada infeksi primer, infeksi serviks tidak begitu sering terjadi pada infeksi yang rekuren.
Infeksi rekuren ( Berulang ) dapat terjadi bila virus herpes simpleks pada ganglion yang dalam keadaan tidak aktif dengan sebuah mekanisme menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala. Mekanisme itu dapat berupa demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, gangguan emosional, menstruasi dan sebagainya. Gejala yang timbul lebih ringan daripada infeksi pertama dan berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Selain itu terkadang timbul rasa panas, gatal dan nyeri sebelum vesikel timbul. Bila pada kehamilan timbul herpes genitalis, perlu mendapat perhatian yang serius, karena virus dapat sampai ke sirkulasi darah janin melalui plasenta ( Ari-ari ) serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalitis ( Radang selaput otak ), keratokonjungtivitis ( Radang di mata ) atau hepatitis ( Radang di hati).

2.4 PENGARUH TERHADAP KEHAMILAN
Herpes genitalis pada mulut rahim yang acap kali tanpa gejala klinis bukanlah ancaman ringan, apalagi bagi wanita hamil. HSV-2 bisa mempengaruhi kondisi kehamilan maupun janin atau bayinya. Bila penularan (transmisi) terjadi pada trisemester I kehamilan, hal itu cenderung mengakibatkan abortus. Sedangkan pada trisemester II bisa terjadi kelahiran prematur.
Kelainan akibat herpes pada bayi sangat beragam, mulai dari lesi hingga di antaranya ensefalitis (radang selaput otak), mikrosefali (kepala kecil), atau hidrosefali (busung kepala). Infeksi terhadap bayi baru lahir bisa berakibat fatal. Terbukti dengan tercatatnya angka mortalitas sebesar 60%, sementara setengah dari yang hidup akan menderita cacat saraf atau kelainan pada mata. Risiko tinggi penularan HSV ini terutama terjadi pada wanita hamil dengan infeksi primer, yaitu ibu yang belum memiliki antibodi terhadap HSV namun pasangannya seropositif atau dilakukannya prosedur invasif saat intrapartum (saat proses kelahiran) terhadap bayi dari ibu dengan riwayat herpes genitalis atau seropositif HSV.
Penularan pada bayi sebagian besar (90%) terjadi saat proses kelahiran, 5% pada janin melalui plasenta atau langsung mengenai fetus (janin). Selebihnya, 5%, infeksi HSV diperoleh sehabis masa persalinan.
Kontak lama dengan cairan terinfeksi dapat meningkatkan risiko bayi tertular. Maka, pada wanita hamil yang menderita herpes genitalis primer, dalam enam minggu terakhir masa kehamilannya dianjurkan untuk menjalani bedah caesar sebelum atau dalam empat jam sesudah pecah ketuban. Kecuali itu, tindakan bedah caesar akan dilakukan pada wanita dengan perkembangan virus pada saat atau hampir melahirkan. Kendati begitu, bedah caesar memang tidak selalu dilakukan pada wanita pengidap herpes genitalis kambuhan.
Untuk menjamin kepastiannya, perlu dilakukan pemeriksaan virus dan darah mulai usia kehamilan 32 - 36 minggu. Selanjutnya, setidaknya tiap minggu dilakukan kultur sekret serviks dan genital eksternal. Bila kultur virus yang diinkubasi minimal empat hari memberikan hasil negatif dua kali berturut-turut, serta tidak muncul lesi genital saat melahirkan, persalinan normal bisa dilakukan.
Pada infeksi primer, wanita hamil masih dipertimbangkan untuk mendapatkan obat tertentu, mengenai penatalaksanaan herpes genitalis pada wanita hamil dengan mempertimbangkan apakah infeksi itu primer atau kambuhan serta usia kehamilannya.
Tindakan terhadap bayi dari ibu penderita herpes genitalis beragam di antaranya ada rumah sakit yang menganjurkan isolasi. Selanjutnya, pada bayi dilakukan pemeriksaan kultur virus, fungsi hati, dan cairan serebrospinalis (otak), selain pengawasan ketat selama bulan pertama kehidupannya. Spesimen untuk kultur virus diambil dari mata, mulut, dan lesi kulit.
Infeksi herpes simpleks pada bayi yang baru lahir memang sangat mengkhawatirkan dan memberikan prediksi akibat yang buruk bila tidak segera diobati. Untungnya, pengobatan selama ini mampu menurunkan angka kematian, demikian juga mencegah progresivitas penyakit berupa infeksi herpes pada susunan saraf pusat atau infeksi diseminata ( penyebaran ke bagian tubuh lain ).
 Bayi yang tertular herpes saat dilahirkan disebut herpes neonatal. Herpes neonatal dapat menginfeksi kulit bayi, mata atau mulut dan bisa merusa otak serta organ lain. Bayi bisa sangat sakit bahkan meninggal. Pengobatan yang diberikan kepada bayi bisa mencegah serta mengurangi yang akan ditimbulkan pada bayi. Kekebalan  yang dimiliki ibu biasanya juga melindungi bayi dan bertahan sampai usia bayi tiga bulan setelah kelahiran. Jika wanita terkena infeksi sebelum hamil dan tidak kambuh selama hamil dan persalinan, maka tidak akan menularkan kebayi. Jika ternyata kambuh selama persalinan, resiko bayi tertular juga rendah. Jika terkena infeksi diakhir usia kehamilan, maka tubuh belum sempat menghasilkan imunitas serta menstransfer ke bayi, sehingga bayi  berisiko  tertilar  saat dilahirkan pervagina. ( Ani. 2010 : 52 ).

2.5 PENGOBATAN
      2.5.1 Medika Mentosa
Beberapa obat antivirus telah terbukti efektif melawan infeksi HSV. Semua obat tersebut menghambat sintesis DNA virus. Oba-obat ini dapat menghambat perkembangbiakan herpesvirus. Walaupun demikian, HSV tetap bersifat laten di ganglia sensorik, dan angka kekambuhannya tidak jauh berbeda pada orang yang diobati dengan yang tidak diobati.
Pada episode pertama berikan :
Ø  Asiclovyr 200mg per oral 5 x sehari selama 7 hari, atau
Ø  Asiclovyr 5mg/kgBB, Intravena tiap 8 jam selama 7 hari (Bila gejala sistemik berat)
Ø  Preparat isoprinosin sebagai imunomodulator
Ø  Asiclovyr  parenteral atau preparat adenine arabinosid (vitarabin) untuk penyakit yang lebih berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam.
Pada episode rekurensi , umumnya tidak perlu diobati karena bisa membaik, namun bila perlu dapat diobati dengan krim Asiclovyr. Bila pasien dengan gejala berat dan lama, berikan asiclovyr 200mg per oral 5 x sehari, selama 5 hari. Jika timbul ulserasi dapat dilakukan kompres.
Untuk sebagian besar penderita, satu-satunya pengobatan herpes labialis adalah menjaga kebersihan daerah yang terinfeksi dengan mencucinya dengan sabun dan air. Lalu daerah tersebut dikeringkan karena jika dibiarkan lembab maka akan memperburuk peradangan, memperlambat penyembuhan dan mempermudah terjadinya infeksi bakteri.
Untuk mencegah atau mengobati suatu infeksi bakteri, bisa diberikan salep antibiotik (misalnya neomisin-basitrasin). Jika infeksi bakteri semakin hebat atau menyebabkan gejala tambahan, bisa diberikan antibiotik peroral atau suntikan.
Krim anti-virus (misalnya idoksuridin, trifluridin dan asiklovir) kadang dioleskan langsung pada lepuhan. Asiklovir atau vidarabin per-oral bisa digunakan untuk infeksi herpes yang berat dan meluas. Kadang asiklovir perlu dikonsumsi setiap hari untuk menekan timbulnya kembali erupsi kulit, terutama jika mengenai daerah kelamin. Untuk keratitis herpes simpleks atau herpes genitalis diperlukan pengobatan khusus.
 2.5.2   Nonmedikamentosa
Memberikan pendidikan pada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut :
  Ø Bahaya PMS dan komplikasinya
  Ø Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
  Ø Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
  Ø Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindarkan lagi
  Ø Cara-cara menghindari infeksi PMS dimasa datang ( Arif. 2000 : 151 )
Jika pertama kali terkena herpes saat hamil maka akan diberikan pengobatan antivirus selama 5 hari. Guna obat ini adalah memendekkan masa infeksi serta mengurangi beratnya gejala yang timbul. Jika infeksi terjadi diakhir kehamilan, maka diberikan antivirus selama 4 minggu terakhir kehamilan. Hal ini bertujuan agar herpes tidak kambuh menjelang kelahiran bayi. Antivirus juga akan diberikan jika terjadi kekambuhan terutama pada TM III. Tidak terdapat bukti adanya resiko terhadap bayi dalam kandungan jika mengonsumsi antivirus selama kehamilan serta umumnya tidak merasakan efek samping obat (Ibunya).
Bagaimana cara kelahiran yang aman, jika terkena infeksi pertama dalam 6 bulan pertama kehamilan maka bayi bisa dilahirkan pervagina. Jika terkena infeksi pertama kali dalam 6 minggu terakhir kehamilan maka akan dilakukan bedah cesar berencana untuk melahirkan bayi. Jika infeksi muncul saat persalinan maka dilakukan bedah cesar untuk melahirkan bayi. Jika terkena infeksi sebelum hamil dan kambuh saat persalinan maka bayi bisa dilahirkan pervagina. Tindakan operasi bertujuan mengurangi resiko menularkan kebayi. (Ani. 2010 : 53)














Disqus Comments