I.
Definisi
Asfiksia Neonatorum adalah suatu
keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.(¹ ² )
Atas dasar pengalaman klinis,
Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
1.
"Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini
bayi dianggap sehat dan tidak memerkikan istimewa.
2.
"Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang)
skor apgar 4-6 pada pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih
dari lOOx/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refick
iritabilitas tidak ada
3.
Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis
ditemukan' frekuensi jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis
berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada
Asfiksia berat dengan henti jantung
yaitu keadaan :
1.
Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10
menit sebelu lahir lengkap.
2.
Bunyi jantung bayi menghilang post partum.
II.
Etiologi
Asfiksia janin atau neonatus akan
terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas atau pengangkutang O2 dari ibu
kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera
setelah lahir. Hampir sehagian hes;ir asfiksia bayi baru lahir meriip;ik;in
kcltiniutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan dan
persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan
hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan
pada bayi terdiri dari:
1.
Faktor Ibu
1.
Hipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian obat analgetika atau anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan
hipoksia janin.
2.
Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah
pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan
kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :
§
Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni,
hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.
§
Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
§
Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2.
Faktor plasenta
Pertukaran
gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. .Asfiksia
janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
3.
Faktor fetus
Kompresi
umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran
darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4.
Faktor Neonatus
a)
Bayi
prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b)
Persalinan
dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
c)
Kelainan
bawaan (kongenital)
d)
Air
ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat
terjadi karena
1.
Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan
pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
2.
Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah
intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika
atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
III.
Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir
bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses
kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara
pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk
merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primarg gasping” yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran
gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang
lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak
teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang
terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan
frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping)
yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat,
usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu
kedua (Secondary apnea).Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan
tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis,
akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada
tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen
tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi
fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan
pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem
tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang
terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.Kerusakan sel otak yang
terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
IV.
Gejala
dan Tanda-tanda Asfiksia
·
Tidak
bernafas atau bernafas megap-megap
·
Warna
kulit kebiruan
·
Kejang
·
Penurunan
kesadaran
V.
Manifestasi
Klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat
dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
·
DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit
tidak teratur
·
Mekonium dalam air ketuban pada janin letak
kepala
·
Apnea
·
Pucat '
·
sianosis
·
penurunan terhadap stimulus.
VI.
Penatalaksanaan
Klinis
1.
Tindakan Umum
§ Bersihkan
jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir,
bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran
nafas ayang lebih dalam.
§ Rangsang
reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan
bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles.
§ Mempertahankan
suhu tubuh.
2.
Tindakan khusus
·
Asfiksia berat
Berikan
O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal.dapat
dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang
diberikan tidak 30 cm H 20.Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message
jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
·
Asfiksia sedang/ringan
Pasang
relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila
gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi
ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup
mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menit
·
Penghisapan cairan lambung untuk mencegah
regurgitasi
VII. Pemeriksaan diagnosa
·
Pemeriksaan darah Kadar As. Laktat. kadar
bilirubin, kadar PaO2, PH
·
Pemeriksaan fungsi paru
·
Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
·
Gambaran patologi
VIII. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain
persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1.
2
helai kain / handuk.
2.
Bahan
ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk
kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi
kepala bayi.
3.
Alat
penghisap lendir de lee atau bola karet.
4.
Tabung
dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
5.
Kotak
alat resusitasi.
6.
Jam
atau pencatat waktu.
IX.
Penanganan
Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
-
Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
- Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
- Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
- Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
- Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
2.
Memulai pernafasan
-
Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
- Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
- Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3.
Mempertahankan sirkulasi
-
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
- Kompresi dada.
- Pengobatan
- Kompresi dada.
- Pengobatan
X.
Langkah-Langkah
Resusitasi
1. Letakkan bayi di lingkungan yang
hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi
evaporasi.
2. Sisihkan kain yang basah kemudian
tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1
cm (snifing positor).
4. Hisap lendir dengan penghisap lendir
de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5. Lakukan rangsangan taktil dengan
cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.
6. Nilai pernafasanJika nafas spontan
lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut
jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer
lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x /
menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
Ventilasi
tekanan positif / PPV dengan memberikan O2100 % melalui ambubag atau
masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika
tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x /
menit.
Setelah 30 detik lakukan penilaian
denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.
1. 100 hentikan bantuan nafas,
observasi nafas spontan.
2. 60 – 100 ada peningkatan denyut
jantung teruskan pemberian PPV.
3. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan
denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung.
4. < 10 x / menit, lakukan PPV
disertai kompresi jantung.
5. Kompresi jantung
Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1,
ada 2 cara kompresi jantung :
a Kedua ibu
jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi.
b Jari tengah dan
telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.
7. Lakukan
penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.
8. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung
dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat
nafas spontan.
9. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x /
menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB
secara IV.
10. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika
> 100 x / menit hentikan obat.
11. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian
epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.
12. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut
jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri
bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro,
2007)
XI.
Persiapan
resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan
cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
1. Mengantisipasi kebutuhan akan
resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi
tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi
dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum.
2. Mempersiapkan alat dan tenaga
kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain :
- Alat pemanas siap pakai – Oksigen
- Alat pengisap
- Alat sungkup dan balon resusitasi
- Alat intubasi
- Obat-obatan
- Alat pemanas siap pakai – Oksigen
- Alat pengisap
- Alat sungkup dan balon resusitasi
- Alat intubasi
- Obat-obatan
XII.
Prinsip-prinsip
resusitasi yang efektif :
1. Tenaga
kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus
rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga
kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus
dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
3.Tenaga
kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu
tim yang terkoordinasi.
4.
Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera
seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.